06 Maret 2009

JALAN AMPUKUNG DARI MASA KE MASA

Sebenarnya aku malas merilis posting ini. Karena kupikir orang lain di seluruh wilayah Tabalong ini juga mempunyai berbagai permasalahan terkait dengan desanya. Semuanya juga menuntut penyelesaian dan jalan keluar. Saya rasa permasalahan yang berlarut-larut seperti ini tidak lebih dari nilai point Good Government pemerintah termasuk di dalamnya wakil-wakil rakyat yang terhormat. Ya.. di bawah angka 6 lah. Kalau sekolah di SD misalnya nilainya 5 semua bisa naik kelas gak ya… he he he. Ya gitu deh.

Namun uneg-uneg yang ada di hati ini akhirnya kukeluarkan juga setelah moment peringatan mauled Nabi di desa Ampukung tanggal 3 Maret 2009.

Kala itu aku bertemu dengan seorang kawan lama. Kawan semasa kuliah di Yogyakarta tempoe doeloe. Namanya Murjani, SHi seorang Sarjana Hukum Islam. Beliau adalah anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tabalong. Saat ini juga merupakan Caleg dari PKS wilayah Tengah.

Tidak ada hal istimewa di pertemuan tersebut. Hanya basa basi, say hallo juga tukaran nomor handphone. Itu saja. Mengingat Jani, aku biasa memanggil dia demikian, terkait dengan jabatannya aku jadi teringat dulu saat aku kuliah. Di asrama Himpunan Pelajar Mahasiswa Tabalong Yogyakarta tahun 2002 ada kunjungan dari Anggota Dewan namanya kalau tidak salah H. Sukran juga Sekda Rachman Ramsyi (Bupati Tabalong Sekarang). H. Sukran selain seorang anggota dewan kala itu, juga seorang ‘mualim’, sering ‘babacaan’ di langgar dan mesjid. Aku menaruh hormat atas kedatangan dua orang ini di asrama.

Di kursi tamu asrama duduk H. Sukran dan Rachman Ramsyi dihadapi oleh anggota asrama dan Pengurus HPMT Yogya. Aku lupa siapa ketua HPMT kala itu, Apakah masih Murjani atau sudah berganti dengan Wahyu Wibowo.

H. Sukran bertanya,”Adakah di sini urang kalua”?, teman-teman spontan menunjuk aku. Kemudian kami berkenalan. Lalu H. Sukran berujar seraya diiyakan oleh Rachman Ramsyi (angguk-angguk sih),
"Kondisi jalan desa Ampukung saat ini sedang pengerasan, tahun depan segera diaspal”
Tahun depan maksudnya tahun 2004. Aku kemudian mengucapkan terima kasih atas perhatian pemerintah.

Kata-kata H. Syukran tersebut sampai saat ini masih kuingat, karena itu berkaitan langsung dengan desaku sendiri juga kapasitas beliau sebagai orang alim juga Anggota Dewan dan diamini oleh Sekda Rachman Ramsyi. Torehan kata-kata janji beliau tersebut kusampaikan kepada warga desa. Mereka menunggu. Menunggu dan menunggu. Ini sudah tahun 2009.

Oh. Lidah tidak bertulang. Wakil Rakyat juga bisa berdusta. Berdusta lebih gampang daripada membunuh ya. Anda bisa lihat ini musim kampanye. Para Caleg akan berlomba-lomba mengumbar-umbar janji.

Itulah kenapa postingan ini aku muat. Di atas hanya sekedar pembuka. Berikut postingannya. Baca aja ya.
Desa Ampukung terletak sebelah timur dari kota kecamatan kelua. Tepatnya berseberangan sungai Tabalong. Meskipun terletak dekat ibu kota kecamatan yakni sekitar ½ km namun kondisi jalan desa sangat memprihatinkan baik jalan desa di pinggir sungai maupun jalan tembok baru.

Kurang lebih 32 tahun usiaku kini, namun jalan desa ini kondisinya tidak pernah kondusif. Seusia paruh baya ini aku tidak pernah melihat jalan desa ini layaknya seperti jalan-jalan desa yang lain. Hanya saat ini saja bisa dilihat sedikit ada perbaikan. Jalan Tembok Baru berupa batu-batu cadas sedangkan jalan pinggir sungai sepanjang rt 8 hingga rt 6 berupa siring. Kondisinya bila hujan becek dan bila panas penuh dengan debu.


Sekarang kondisinya lebih parah lagi. Pasca banjir kemaren, jalan desa di rt 6 putus total, hingga saat tulisan ini diposting belum ada langkah perbaikan. Jalannya hanya bisa dilalui kendaraan sepeda atau sepeda motor, itupun kudu hati-hati.

Seingat aku jalan tembok baru diperlebar dan diperkeras sejak tahun 2002. Sampai saat inipun tidak ada kabar kapan jalan tersebut akan diaspal. Kondisi jalan seperti ini sebenarnya keterkaitan dampaknya tidak saja burruknya kualitas media transportasi, namun bagi mayoritas masyarakat desa ini yang bertani, fungsi kedua jalan desa ini adalah sebagai “benteng pertahanan” atau pembendung dari arus air sungai Tabalong pada waktu banjir.

Bila benteng pertahanan ini jebol, air sungai Tabalong masuk ke lahan pertanian. Lahan pertanian tadah hujan ini meliputi pula wilayah desa Masintan, Asam Pauh dan Jirak. Acapkali kejadian ini menimpa para petani. Bila air terlanjur masuk ke lahan pertanian seringkali masa tanam jadi tertunda. Bahkan seperti pengalaman tahun lalu, padi yang ditanam sudah “maurai” menunggu masak. Sebagian ada pula yang setengah masak, tiba-tiba sungai Tabalong meluap dan jalan desa pinggir sungai serta Jalan Tembok Baru jebol. Akhirnya masyarakat desa ini gagal panen.

Kondisi ini sebenarnya sudah sejak dulu keadaannya. Tindak tanggap dari pemerintah belum terlihat optimal dan tidak ada keseriusan. Bahkan ada lelucon yang keluar dari mulut Rachman Ramsyi Bupati Tabalong ketika beliau meninjau Jalan Desa ini pada saat Banjir.
"Kalau Handak Malihat Batu Timbul di Banyu, Lihati Jalan Ampukung"

2 komentar:

Poeboe@84 mengatakan...

Assalamualaekum. Bos, dmana bgana. Aku hndk bljr meulah blog. Aku urg banua jua, sambungan desa ampukung. Ampunku http//adoem-poeboe84.blogspot.com

Linda mengatakan...

ya ampunnn....bagaimana siy kinerja pemerintah setempat...
mudah2an ada yg membaca postingan di dr pihak yg terkait...

Posting Komentar

Terima kasih komentarnya.Let's Share Together...

 
© Copyright by Kelua Gaul :: Informasi Banua Seputar Budaya, Ekonomi, Sosial, Agama dan Pendidikan  |  Template by Kelua Gaul